![]() |
Mengubah kebiasaan buruk bukanlah hal yang mudah, karena ia telah menyatu kedalam sistem otomatis tubuh kita (gambar: freepik) |
Sebagian besar kebiasaan harian kita bersumber dari bawah sadar. Itulah mengapa cukup sulit mengubah kebiasan lama menjadi kebiasaan baru. Berikut ini 4 Tips Efektif membangun kebiasaan baru dari penulis buku The Unconscious: Theory, Research, and Clinical Implications.
Penelitian baru menunjukkan bahwa sebagian besar aktifitas harian kita adalah hal yang otomatis dan tidak disadari (unconscious). Bahkan John Lisman dan Eliezer Sternberg dari universitas Brandeis Boston menyamakan kebiasaan harian dengan perilaku tidak sadar. Sedangkan hal hal yang bukan kebiasaan adalah perilaku yang sadar. Itu artinya tubuh dan pikiran kita lebih banyak bekerja berdasarkan hal hal yang ada di alam bawah sadar kita (unconscious).
Pada satu sisi sebenarnya pola ini menguntungkan bagi kita. bayangkan saja jika dalam merespon sesuatu kita melakukannya dengan sadar dan hati hati, tentu akan sangat melelahkan. Misalnya saja saat kita kaget, kita dengan sadar dan penuh pertimbangan harus berteriak atau saat kita merasa gatal pada bagian tubuh kita, kita merespon dengan sadar dan hati hati untuk memutuskan menggaruk. Jika begitu, maka kita akan sangat kewalahan menjalani rutinitas harian kita.
Tapi di sisi lain, penelitian ini membantu kita menyadari mengapa sangat sulit untuk mengubah kebiasaan lama yang sudah otomatis, seperti kita harus minum kopi di pagi hari, men-scroll handphone sebelum tidur, rebahan setelah makan. Kemudian membentuk kebiasaan baru seperti berolahraga setiap pagi, membaca buku setiap hari, menulis dan makan makanan sehat.
Kebiasaan baru yang akan kita bangun biasanya konsisten bertahan hanya 3 sampai 4 hari saja atau jika beruntung bisa sampai satu minggu. Tapi untuk membuatnya bertahan lama bahkan masuk ke alam bawah sadar, membutuhkan usaha yang tidak mudah. Kebiasaan harian kita sudah menjadi layaknya pola, kita harus mengatur emosi dan mengatur ulang aktifitas harian kita untuk memberikan ruang untuk kebiasaan baru yang akan kita bangun.
Melansir dari laman Psychology Today, Dr. Valentina Stoycheva pendiri STEPS (Stress & Trauma Evaluation and Psychological Services) dan penulis buku The Unconscious: Theory, Research, and Clinical Implications. menyebutkan 4 cara meretas ketidaksadaran kita untuk membentuk kebiasaan baru.
1. Buatlah kebiasaan baru itu diinginkan.
Saat kita mencoba membangun suatu kebiasaan baru, kita seringkali melihat dari sudut pandang yang salah. kita mengatakan pada diri sendiri bahwa kita "harus" berolahraga lebih banyak, membaca buku satu jam setiap hari atau tidur lebih awal. Hal ini secara tidak sadar akan membuat kita menghubungkan kebiasaan baru dengan emosi negatif.
Dr. Stoycheva menyarankan untuk menemukan sesuatu yang positif tentang kebiasaan yang akan kita bangun. Misalnya saat mencoba menulis, kita bisa mencari grup menulis sehingga kita bisa menerima umpan balik dari tulisan yang kita yang kita tulis secara teratur. Kita juga akan mendapatkan banyak dukungan, ide dan hal positif lainya yang akan membantu kita untuk menulis lebih banyak.
Misalnya kita mencoba tidur lebih awal. Kita perlu untuk mengaitkan tidur diawal waktu dengan sesuatu yang positif. Misalnya di pagi hari kita bisa me time selama satu jam. Hal ini akan membuat kita menginginkan tidur lebih awal untuk bisa me time di pagi hari.
Cara ini juga berlaku untuk kebiasaan baru lainnya yang sedang coba kita bangun. Seperti membaca buku, membaca Al-Quran, sholat di awal waktu, sholat tahajud dan lainnya. kita harus menemukan hal-hal positif dari rutinitas itu yang membuat kita menginginkan dan menantikannya.
2. Memasangkan kebiasaan baru dengan hal yang menyenangkan
Berpasangan atau dalam teori psikologi di sebut Asosiasi adalah teori yang menggambarkan proses dimana satu stimulus menjadi melekat dengan stimulus lain. Hal ini akan membuat kedua stimulus itu memunculkan emosi yang sama. Misalnya jika dulu saat nenek datang, kita akan selalu diberi uang jajan. Maka kita kan mengasosiasikan kedatangan nenek dengan uang jajan. Setiap nenek datang kita sangat senang karena akan diberi uang jajan. Maka selanjutnya kita selalu senang dengan kedatangan nenek.
Teori ini juga berlaku untuk membentuk suatu kebiasaan. Misalnya jika anak kita tidak menyukai makan sayur tetapi sangat menyukai lagu tertentu, kita dapat memberi sayur sambil memainkan lagu tersebut. Anak kita akan selalu senang makan sayur karena dia bisa mendengarkan lagu kesukaannya.
Kita bisa menggunakan strategi ini untuk membangun kebiasaan baru. Kita memasangkan kebiasaan baru yang kita bangun dengan hal hal yang kita suka. Misalnya kita ingin bisa rutin lari pagi, dan kita juga menyukai buku. Kita bisa mencoba memasangkan lari pagi dengan mendengarkan audio buku. Hal ini akan membantu kita untuk menyukai lari pagi.
3. Hati-hati dengan proses Ironis
Dr. Stoycheva menyebutkan bahwa yang dimaksud proses ironis adalah semakin kita menghindari melakukan sesuatu (untuk menghilangkan kebiasaan lama) semakin kita akan memikirkannya. Misalnya saja kita ingin menghindari makan mie instan. lalu saat di toko kita berkata pada diri kita untuk tidak membeli mie instan. Tapi pada akhirnya semakin kita menolak semakin kita memikirkannya.
Dr. Stoycheva menambahkan bahwa kunci dari hal ini adalah menghindarkan pikiran kita dari memikirkan mie Instan. Misalnya dengan membuat daftar belanja saat pergi ke toko, atau sebelum berbelanja kita makan sampai kenyang agar tidak terpikir mie instan sama sekali. Atau bisa juga dengan dukungan sosial dimana kita meminta pasangan untuk pergi ke toko. Bisa juga kita menemukan makanan lain pengganti mie Instan yang lebih enak.
4. Coba lagi, lagi dan lagi
Mengembangkan kebiasaan baru memang bukan hal mudah, apalagi membuatnya masuk ke bawah sadar dan menjadikannya perilaku yang otomatis. Apalagi di saat stress kita cenderung dengan mudah menggunakan kebiasaan lama kita dari pada kebiasaan baru. Dr. Stoycheva mengatakan bahwa kita tidak perlu menyalahkan diri sendiri saat gagal membentuk kebiasaan baru. Sebab hal itu hanya akan memunculkan emosi negatif dan malah membuat kita enggan kembali pada kebiasaan baru.
Menerima kenyataan bahwa membentuk kebiasaan baru membutuhkan waktu yang tidak sebentar mungkin dapat membantu kita dalam membangun kebiasaan baru. Kita juga perlu mengetahui bahwa hal hal sulit yang kita lakukan sekarang akan membuahkan hasil yang baik untuk diri kita dikemudian hari.